Malam sunyi itu adalah ketika aku dan sepi duduk berdampingan memandangi langit. Menunggu bintang menari-nari dengan kelap-kelipnya yang akan menambah sendu dan syahdu yang saling beradu. Aku menyusuri malam berteman sepi, tak setitik cahaya pun yang ku temui. Kemana cahayamu bintang yang dulu terang ? apakah hanya sekejap kamu muncul dan kamu pergi begitu saja? apakah kamu akan seperti mereka? mereka yang mungkin sudah pergi entah kemana.
Mungkin bukan mereka yang pergi dan bukan mereka yang hilang , tapi mungkin aku yang lenyap ditelan waktu, waktu yang semakin lama semakin menenggelamkanku dalam kebodohan ini. Terlalu bodoh memang jika aku sia-siakan mereka, mereka yang dulu ada. Tapi aku sadar bahwa kebodohan itu memang merupakan siklus hidup manusia, tidak ada manusia yang tidak pernah jatuh dalam jurang yang satu ini, tidak ada juga manusia yang 100% sempurna hidup dengan jalan lurus . Kadang terbesit juga sampai kapan kebodohan ini akan membawaku lebih jauh dari mereka. Aku rindu mereka, aku rindu ceria mereka, aku rindu semuanya. Tapi rindu takkan cukup aku ucap begitu saja lewat mulut busukku ini, mulut yang penuh dengan kebohongan. Namun pada siapa lagi yang masih percaya untuk kusampaikan rindu ini , pada malam gelap ini? percuma malam takkan mendengar, pada bulan ? bulan juga gak akan bisa ngomong sekalipun dengar, mungkin rinduku pada mereka biar dibawa bintang yang t'lah padam di malam ini, biarkan hilang bak cahayanya yang hilang mengikuti sang waktu membawaku lebih dalam. Sekalipun sang waktu menenggelamkanku, saat itu juga sang waktu membuatku kagum pada setiap ketukan detiknya , setiap detik yang slalu mengajarkanku untuk menunggu tunggu dan tunggu apa yang akan Tuhan berikan padaku. Apakah Tuhan akan kembalikan mereka ? mungkin Tuhan akakembalikan mereka atau justru Tuhan yang akan meminta sang waktu menengelamkanku lebih dalam.
No comments:
Post a Comment