Waktu terus berlalu, sementara aku masih terpacu dan menunggu kepastian yang tak menentu. Kepastian yang buatku tak tahu arah dan tujuan aku hidup. Arah yang menyesatkanku, tujuan yang membawaku menelusuri arti dari kesakitan. Seakan aku tak ingin bangun dan tetap tidur dalam ketenangan. Tidur yang membawaku tak mengingat betapa sakitnya kehidupan yang aku jalani ini. Kehidupan yang terlalu membawaku jatuh terlalu dalam. Jatuh dalam kesakitan indahnya dunia. Aku rindu akan duniaku sendiri. Dunia yang selalu cerah, dunia yang tetap tersenyum dalam hujan.
Untuk apakah aku hidup? Jika hidup yang aku rangkai dengan indah, dapat sirna dan hancur tak bersisa tanpa aku bisa mengingatnya dan mengembalikannya untuk aku rangkai di kemudian hari. Terasa hati sudah berubah, teringat kenyataan yang sudah mendunia jiwa. Jiwa yang selama ini tidur dalam kenyataan indah terpaksa menjadi saksi betapa sakit kenyataan ini. Kenyataan yang tak sanggup aku terima, terlalu sakit untuk di ingat. Kenangan yang seharusnya hanya bersinggah, sekarang menjadi tempat tersendiri dalam kehancuran hidupku. Kenangan yang tak hanya merusak hati tapi merusak segalanya dalam hidupku. Akal sehatku pun tak lagi bersamaku, “hilang dan hilang” adalah semua yang ada dalam diriku.
Hati ini memang sudah menggila, gila karena kenyataan berbicara. Bicara tanpa kata, seolah kenyataan sudah tak lagi mengharapkan keindahan. Kenyataan yang lebih memilih untuk menjatuhkanku. Jatuh dalam lubang kesengsaraan indahnya menunggu. Kepastian yang buatku ingin menghilangkan dunia. Dunia yang membawa kebohongan untuku. Berharap dunia tak ada, dan dunia jauh menghilang tanpa berada. Karena kurasa dunia ada karna “DIA”.
No comments:
Post a Comment