Ya “Mata” sebuah anugrah tuhan yang mungkin tidak dapat dibandingkan dari apapun setelah orang tua yang melhirkan kita. Dihisai rambut-rambut kecil dan bola mata bulat pepat.
Banyak hal yang yang telah “Dia” nikmati dan rasakan baik, buruk gelap dan putih dengan matanya. Dengan matanya juga dia telah melihat kelamnya dunia, yang penuh dengan kebohongan dari mereka yang mungkin mereka sendiri tidak tahu apa yang mereka telah lakukan. Apakah semuanya kelam? jawabnya “Tidak” baginya setelah dia melihat “Cinta” lewat dihadapannya. Matanya bening, rambut ikal terurai panjang menutupi punggungnya mengingatkannya pada wanita di negri dongeng.
Sebagai seorang pria pernah sesekali dia ingin menyapa cinta dan berkata “hai apa kabar?” hanya untuk lebih dekat mengenalnya, tapi apa daya berjalan untuk mendekat saja tak mampu. Sampai saat ini dia masih dibantu dengan kursi roda , salah satu kakinya diamputasi akibat sakit yang dideritanya. Miris memang melihat dia yang masih berjuang dari sakitnya sampai saat ini. Kadang dia menilai hidup ini ga adil hanya gara-gara cacat yang dideritanya.
Begitu besar rasa penasarannya terhadap siapa cinta itu,dia beranikan diri dia mendorong roda dan mendekat pada cinta yang duduk termangu dan berkata ” hai , boleh saya duduk disebelahmu?” tapi apa balasan yang diterimanya ? ” siapa anda? pergi dan jangan ganggu saya!!! DASAR CACAT!!!” dijawab cinta dengan muka sinis dan cinta pergi meninggalkan dia yang masih bertahan disitu. Dia sadar banyak kekurangan yang dimilikinya terutama cacat kakinya, tapi apakah dia tidak boleh bertemu dan berkenalan dengan cinta ? apakah cinta itu harus sempurna? apakah cinta tidak bisa berjalan dengan kursi roda? apakah tidak akan ada cinta untuk “DIA”?
No comments:
Post a Comment